wElLc0me to my sIte
H!, $Ob. Selamat datang di website RANCID (Remaja antie cinta di dua'in). Sebelumnya kami mo ngucapin banyak-banyak terima kasih pada kalian semua yang uda ngunjungin website kami ini. Situs ini kami buat dengan upaya untuk memuat segala sesuatu yang berguna n buat hiburan doankk.
Tak lupa pula rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena kami telah diridhoi kemampuan dan kelebihan oleh-Nya untuk dapat terus mengembangkan karya kami dalam bidang ini, dan juga kesempatan untuk dapat terus mengembangkan pengerjaan web kecil ini. Semoga semua hal yang uda kami muat di web ini bisa bermanfaat bagi kita semua khususnya dalam hal bermusik taw hiburan.
kunjungi terus yaccccchhhhh!!!!!!!
Selasa, 02 Juni 2009
doNgeNg
hati. Si kakek yang membuat sepatu sedangkan nenek yang menjualnya. Uang yang didapat dari
setiap sepatu yang terjual selalu dibelikan makanan yang banyak untuk dibagikan dan disantap oleh
orang-orang jompo yang miskin dan anak kecil yang sudah tidak mempunyai orangtua. Karena itu
walau sudah membanting tulang, uang mereka selalu habis. Karena uang mereka sudah habis, dengan
kulit bahan sepatu yang tersisa, kakek membuat sepatu berwarna merah. Kakek berkata kepada
nenek, “Kalau sepatu ini terjual, kita bisa membeli makanan untuk Hari Raya nanti.
Tak lama setelah itu, lewatlah seorang gadis kecil yang tak bersepatu di depan toko mereka. “Kasihan
sekali gadis itu ! Ditengah cuaca dingin seperti ini tidak bersepatu”. Akhirnya mereka memberikan
sepatu berwarna merah tersebut kepada gadis kecil itu.
“Apa boleh buat, Tuhan pasti akan menolong kita”, kata si kakek. Malam tiba, merekapun tertidur
dengan nyenyaknya. Saat itu terjadi kejadian aneh. Dari hutan muncul kurcaci-kurcaci mengangkut
kulit sepatu, membawanya ke rumah si kakek kemudian membuatnya menjadi sepasang sepatu yang
sangat bagus. Ketika sudah selesai mereka kembali ke hutan.
Keesokan paginya kakek sangat terkejut melihat ada sepasang sepatu yang sangat hebat. Sepatu itu
terjual dengan harga mahal. Dengan hasil penjualan sepatu itu mereka menyiapkan makanan dan
banyak hadiah untuk dibagikan kepada anak-anak kecil pada Hari Raya. “Ini semua rahmat dari Yang
Maha Kuasa”.
Malam berikutnya, terdengar suara-suara diruang kerja kakek. Kakek dan nenek lalu mengintip, dan
melihat para kurcaci yang tidak mengenakan pakaian sedang membuat sepatu. “Wow”, pekik si kakek.
“Ternyata yang membuatkan sepatu untuk kita adalah para kurcaci itu”. “Mereka pasti kedinginan
karena tidak mengenakan pakaian”, lanjut si nenek. “Aku akan membuatkan pakaian untuk mereka
sebagai tanda terima kasih”. Kemudian nenek memotongh kain, dan membuatkan baju untuk para
kurcaci itu. Sedangkan kakek tidak tinggal diam. Ia pun membuatkan sepatu-sepatu mungil untup
para kurcaci. Setelah selesai mereka menjajarkan sepatu dan aju para kurcaci di ruang kerjanya.
Mereka juga menata meja makan, menyiapkan makanan dan kue yang lezat di atas meja. Saat tengah malam, para kurcaci berdatangan. Betapa terkejutnya mereka melihat begitu banyaknya
makanan dan hadiah di ruang kerja kakek. “Wow, pakaian yang indah !”. Merek segera mengenakan
pakaian dan sepatu yang sengaja telah disiapkan kakek dan nenek. Setelah selesai menyantap
makanan, mereka menari-nari dengan riang gembira. Hari-hari berikutnya para kurcaci tidak pernah
dating kembali.
Tetapi sejak saat itu, sepatu-sepatu yang dibuat Kakek selalu laris terjual. Sehingga walaupun mereka
selalu memberikan makan kepada orang-orang miskin dan anak yatim piatu, uang mereka masih
tersisa untuk ditabung. Setelah kejadian itu semua, Kakek dan dan nenek hidup bahagia sampai akhir
hayat mereka.
Saudagar Jerami Dahulu kala, ada seorang pemuda miskin yang bernama Taro. Ia bekerja untuk ladang orang lain dan
tinggal dilumbung rumah majikannya. Suatu hari, Taro pergi ke kuil untuk berdoa. "Wahai, Dewa
Rahmat! Aku telah bekerja dengan sungguh-sungguh, tapi kehidupanku tidak berkercukupan".
"Tolonglah aku agar hidup senang". Sejak saat itu setiap selesai bekerja, Taro pergi ke kuil. Suatu
malam, sesuatu yang aneh membangunkan Taro. Di sekitarnya menjadi bercahaya, lalu muncul suara.
"Taro, dengar baik-baik. Peliharalah baik-baik benda yang pertama kali kau dapatkan esok hari. Itu
akan membuatmu bahagia."
Keesokan harinya ketika keluar dari pintu gerbang kuil, Taro jatuh terjerembab. Ketika sadar ia
sedang menggenggam sebatang jerami. "Oh, jadi yang dimaksud Dewa adalah jerami, ya? Apa jerami ini
akan mendatangkan kebahagiaan…?", pikir Taro. Walaupun agak kecewa dengan benda yang
didapatkannya Taro lalu berjalan sambil membawa jerami. Di tengah jalan ia menangkap dan
mengikatkan seekor lalat besar yang terbang dengan ributnya mengelilingi Taro di jeraminya. Lalat
tersebut terbang berputar-putar pada jerami yang sudah diikatkan pada sebatang ranting. "Wah
menarik ya", ujar Taro. Saat itu lewat kereta yang diikuti para pengawal. Di dalam kereta itu, seorang
anak sedang duduk sambil memperhatikan lalat Taro. "Aku ingin mainan itu." Seorang pengawal
datang menghampiri Taro dan meminta mainan itu. "Silakan ambil", ujar Taro. Ibu anak tersebut
memberikan tiga buah jeruk sebagai rasa terima kasihnya kepada Taro.
"Wah, sebatang jerami bisa menjadi tiga buah jeruk", ujar Taro dalam hati. Ketika meneruskan
perjalanannya, terlihat seorang wanita yang sedang beristirahat dan sangat kehausan. "Maaf, adakah
tempat di dekat sini mata air ?", tanya wanita tadi. "Ada dikuil, tetapi jaraknya masih jauh dari sini,
kalau anda haus, ini kuberikan jerukku", kata Taro sambil memberikan jeruknya kepada wanita itu.
"Terima kasih, berkat engkau, aku menjadi sehat dan segar kembali". Terimalah kain tenun ini sebagai
rasa terima kasih kami, ujar suami wanita itu. Dengan perasaan gembira, Taro berjalan sambil
membawa kain itu. Tak lama kemudian, lewat seorang samurai dengan kudanya. Ketika dekat Taro,
kuda samurai itu terjatuh dan tidak mampu bergerak lagi. "Aduh, padahal kita sedang terburu-buru."
Para pengawal berembuk, apa yang harus dilakukan terhadap kuda itu. Melihat keadaan itu, Taro
menawarkan diri untuk mengurus kuda itu. Sebagai gantinya Taro memberikan segulung kain tenun
yang ia dapatkan kepada para pengawal samurai itu. Taro mengambil air dari sungai dan segera
meminumkannya kepada kuda itu. Kemudian dengan sangat gembira, Taro membawa kuda yang sudah
sehat itu sambil membawa 2 gulung kain yang tersisa.
Ketika hari menjelang malam, Taro pergi ke rumah seorang petani untuk meminta makanan ternak
untuk kuda, dan sebagai gantinya ia memberikan segulung kain yang dimilikinya. Petani itu
memandangi kain tenun yang indah itu, dan merasa amat senang. Sebagai ucapan terima kasih petani
itu menjamu Taro makan malam dan mempersilakannya menginap di rumahnya. Esok harinya, Taro
mohon diri kepada petani itu dan melanjutkan perjalanan dengan menunggang kudanya.
Tiba-tiba di depan sebuah rumah besar, orang-orang tampak sangat sibuk memindahkan
barang-barang. "Kalau ada kuda tentu sangat bermanfaat," pikir Taro. Kemudian taro masuk ke
halaman rumah dan bertanya apakah mereka membutuhkan kuda. Sang pemilik rumah berkata,"Wah
kuda yang bagus. Aku menginginkannya, tetapi aku saat ini tidak mempunyai uang. Bagaimanan kalau
ku ganti dengan sawahku ?". "Baik, uang kalau dipakai segera habis, tetapi sawah bila digarap akan
menghasilkan beras, Silakan kalau mau ditukar", kata Taro.
"Bijaksana sekali kau anak muda. Bagaimana jika selama aku pergi ke negeri yang jauh, kau tinggal
disini untuk menjaganya ?", Tanya si pemilik rumah. "Baik, Terima kasih Tuan". Sejak saat itu taro
menjaga rumah itu sambil bekerja membersihkan rerumputan dan menggarap sawah yang
didapatkannya. Ketika musim gugur tiba, Taro memanen padinya yang sangat banyak.
Semakin lama Taro semakin kaya. Karena kekayaannya berawal dari sebatang jerami, ia diberi julukan
"Saudagar Jerami". Para tetangganya yang kaya datang kepada Taro dan meminta agar putri mereka
dijadikan istri oleh Taro. Tetapi akhirnya, Taro menikah dengan seorang gadis dari desa tempat ia
dilahirkan. Istrinya bekerja dengan rajin membantu Taro. Merekapun dikaruniai seorang anak yang
lucu. Waktu terus berjalan, tetapi Si pemilik rumah tidak pernah kembali lagi. Dengan demikian, Taro
hidup bahagia bersama keluarganya.
Petualangan Tom Sawyer Tom Sawyer adalah seorang anak laki-laki yang sangat menyukai petualangan. Pada suatu malam ia
melarikan diri dari rumah, lalu bersama temannya yang bernama Huck pergi ke pemakaman. "Hei,
Huck! Kalau kita membawa kucing yang mati dan menguburnya, katanya kutil kita bisa diambil. "
"Benar. Serahkan saja padaku! Masa'sih begitu saja takut. "
" Hei , tunggu! Ada orang yang datang! Tom dan Huck segera bersembunyi. "Bukankah itu dokter dan
Kakek Peter? Dan itu si Indian Joe..." Kemudian Dokter dan Kakek Petter mulai bertengkar karena
masalah uang. Untuk mendapatkan mayat, Dokter harus melakukan penggaliannya berdua. Lalu Kakek
Petter mulai menaikkan harga, tetapi Dokter menolak. Kemudian Kakek Petter dipukul oleh Dokter
hingga terjatuh. Setelah itu, si Indian Joe memungut pisau yang dibawa Kakek Petter dan melompat
menyerang Dokter. Brukk!
Si Indian Joe membunuh Dokter, lalu pergi membawa lari uang itu. Keesokan harinya Dokter
ditemukan meninggal dunia di pemakaman itu, dan orang-orang kota mulai berkumpul. "Ini adalah
pisau Kakek Petter. Jadi, Kakek yang membunuh Dokter." "A... aku tidak bisa mengingatnya dengan
jelas... "Apa!? Aku telah melihat Kakek Petter membunuh Dokter." " Memang benar, pembunuhnya
adalah Kakek Petter.
Kemudian Kakek Petter ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. "Wah... padahal pembunuh yang
sebenarnya adalah si Indian Joe." "Tetapi, kalau kita mengatakan hal itu, si Indian Joe akan balas
dendam dan membunuh kita... " Beberapa hari telah berlalu, dan semua orang tela.h melupakan
kejadian itu. Pada suatu hari Tom bertengkar dengan Becky, gadis yang disukainya di sekolah.
"Apa-apaan. Aku benci sama Tom."
Tom yang dimarahi oleh Becky merasa patah hati. Lalu temannya yang bernama Joe berkata, "Baik di
rumah maupun di sekolah aku sudah tak diperlukan. Tom, kita melarikan diri saja, yuk! " Tom dan
Joe mengajak Huck, mereka bermaksud hidup di sebuah pulau di tengah-tengah sungai. "Yahooo!
Kalau begini, kita seperti bajak laut, ya! "Kita tak perlu pergi ke sekolah." Ketiganya menyeberangi
sungai dengan rakit yang dibuatnya, dan mereka seharian bermain. Ketika mulai lapar, mereka pun
makan telur goreng dan apel.
Keesokan harinya ketika mereka sedang bermain, tibatiba.... duaaar! Air sungai menyembur ke atas.
"Oh, itu adalah isyarat dari seseorang yang sedang mencari orang yang tenggelam. " Orang-orang kota
mengira Tom dan Joe tenggelam di sungai, lalu mereka pun datang untuk mencari. " Mungkin saat ini
Bibi Polly sedang mengkhawatirkanku. Di tengah malam Tom berenang menyeberangi sungai, kembali
ke rumahnya untuk melihat keadaan. Ketika Tom mengintip dari jendela, dilihatnya Bibi Polly dan Ibu
Joe sedang menangis. "Semuanya meninggal dunia, ya..."
Kemudian Tom kembali ke pulau dan menceritakan hal itu pada Huck dan Joe. Mereka sangat
terkejut. Akhirnya, mereka sepakat untuk pulang pada hari upacara pemakaman mereka. "Wah, Tom!
Kamu pulang, ya.' "Joe, syukurlah kamu pulang dengan selamat." Semuanya gembira atas kepulangan
mereka. Beberapa hari kemudian pengadilan Kakek Petter dimulai. Di pengadilan Kakek Petter
ditetapkan sebagai pembunuh, dan ia akan dihukum mati. Untuk membebaskan Kakek Petter, Tom
memberanikan diri menjadi saksi. "Pembunuh yang sebenarnya adalah si Indian Joe itu. "Kami telah
melihat kejadian yang sesungguhnya." Si Indian Joe yang mendengar hal ini segera melompat dari
jendela. Praaang! Ia melarikan diri. Kakek Petter merasa sangat gembira karena jiwanya tertolong.
"Tom, terima kasih banyak. Begitu pengadilan berakhir, kota kembali pada kehidupannya semula.
Pada suatu hari Huck dan Tom pergi ke sebuah rumah yang tak berpenghuni. Ketika keduanya
sedang mencari sesuatu di tingkat dua, tiba-tiba seseorang masuk ke dalam rumah. "Ooh! Si Indian
Joe bersama sahabatnya, si pencuri! "
Untuk menyembunyikan uang yang telah dicurinya, para pencuri itu mulai menggali lantai. Dan...
criing! Mereka mengeluarkan kotak emas. "Hyaaa! Harta karun yang banyak! "Baiklah, kita pindahkan
persembunyiannya lalu kita beri tanda dengan kayu ini. " Si Indian Joe juga mulai naik ke tingkat
dua, untuk memeriksa. "Bagaimana, nih? Kalau ketahuan, pasti kita dibunuh olehnya..." Praaak!
Gedebug! Karena papan tangganya sudah lapuk, di tengah-tengah tangga si Indian Joe terjatuh. Tom
dan Huck pun merasa lega.
Beberapa hari telah berlalu. Pada suatu hari Huck mengikuti Indian Joe dan temannya sendirian.
"Apakah mereka mau menyembunyikan emasnya?" Tetapi, Indian Joe dan temannya bermaksud
menyerang rumah Nyonya Douglas. "Gawat! Aku harus cepat-cepat memberitahukannya pada
seseorang! " Karena pemberitahuan Huck, orang yang rumahnya bertetangga dengan Nyonya Douglas
segera membawa senapan dan menembak para pencuri itu. Door! Door! Indian Joe dan temannya
sangat terkejut, lalu mereka melarikan diri. " Sudah tidak apa-apa, kok!! "Ini semua berkat Huck.
Terima kasih atas pemberitahuannya, ya! "
Di lain pihak Tom, Becky, dan teman-temannya pergi berpiknik bersama-sama. Tetapi, Tom dan
Becky tersesat di sebuah goa. Mereka tak tahu jalan pulang. Tiba-tiba, muncul asap membumbung
mengelilingi keduanya. "Kyaaa! Tom, aku takut!" "Oh, ada seseorang! " Tiba-tiba muncullah sosok
Indian Joe di depan Tom dan Becky. Saking terkejutnya, sampai-sampai keduanya sulit untuk
bemafas. "Waaaw! Ayo, lari! Dengan cepat, Tom dan Becky berlari hingga keluar dari dalam goa.
Akhimya mereka pulang. Bibi Polly yang khawatir sangat gembira dengan kepulangan kedua anak itu. Ketika Tom pergi bermain
ke rumah Becky, ayah Becky berkata, Tom karena goa itu berbahaya, sebaiknya ditutup saja. "Ya...
tetapi di situ ada Indian Joe. Ketika semuanya pergi ke sana, temyata Indian Joe jatuh pingsan di
pintu masuk goa. la tersesat. Kemudian mereka menutup pintu masuk goa, dan menjebloskan Indian
Joe ke dalam penjara. "Temyata Indian Joe menyembunyikan emasnya di atas batu yang terletak di
dalam goa ini dan telah diberi tanda. " Tom dan Huck masuk ke dalam goa dengan melewati jalan
rahasia. Ketika mereka menggali batu yang sudah diberi tanda, mereka melihat emas yang
disembunyikan kedua orang pencuri itu.
"Horee dengan harta ini, kita akan menjadi kaya!" Saat Tom dan Huck pulang, Nyonya Douglas yang
telah ditolong oleh Huck mengadakan pesta untuk menyambut mereka.
"Petualangan Tom Sawyer" adalah cerita yang diangkat dari kisah di Mississipi, Amerika. Menceritakan
tentang pemuda nakal, bernama Tom dan sahabatnya, Huck. Inti ceritanya ada di tengah-tengah
cerita, sehingga menjadi dan mudah dimengerti
Petualangan Sinbad Dahulu, di daerah Baghdad, timur tengah, ada seorang pemuda bernama Sinbad yang kerjanya
memanggul barang-barang yang berat dengan upah yang sedikit, sehingga hidupnya tergolong miskin.
Suatu hari, Sinbad beristirahat di depan pintu rumah saudagar kaya karena sangat lelah dan
kepanasan. Sambil istirahat, ia menyanyikan lagu. "Namaku Sinbad, hidupku sangat malang, berapapun
aku bekerja dengan memanggul beban di punggung tetaplah penderitaan yang kurasakan." Tak
berapa lama muncul pelayan rumah itu, menyuruh Sinbad masuk karena dipanggil tuannya.
"Apakah namamu Sinbad ?", "Benar Tuan". "Namaku juga Sinbad", kata sang saudagar. Ia pun mulai
bercerita, "Dulu aku seorang pelaut. Ketika mendengar nyanyianmu, aku sangat sedih karena kau
berpikir hanya kamu sendiri yang bernasib buruk, dulu nasibku juga buruk, orangtua ku
meninggalkan banyak warisan, tetapi aku hanya bermain dan menghabiskan harta saja. Setelah jatuh
miskin aku bertekad menjadi seorang pelaut. Aku menjual rumah dan semua perabotannya untuk
membeli kapal dan seisinya. Karena sudah lama tidak menemui daratan, ketika ada daratan yang
terlihat kami segera merapatkan kapal. Para awak kapal segera mempersiapkan makan siang. Mereka
membakar daging dan ikan. Tiba-tiba , permukaan tanah bergoyang. Pulau itu bergerak ke atas, para
pelaut berjatuhan ke laut. Begitu jatuh ke laut, aku sempat melihat ke pulau itu, ternyata pulau
tersebut, berada di atas badan ikan paus. Karena ikan paus itu sudah lama tak bergerak, tubuhnya
ditumbuhi pohon dan rumput, mirip seperti pulau. Mungkin karena panas dari api unggun, ia mulai
bergerak liar. Mereka yang terjatuh ke laut di libas ekor ikan paus sehingga tenggelam. Aku berusaha
menyelamatkan diri dengan memeluk sebuah gentong, hingga aku pun terapung-apung di laut.
Beberapa hari kemudian, aku berhasil sampai ke daratan. Aku haus, disana ada pohon kelapa.
Kemudian aku memanjatnya dan mengambil buah dan meminum airnya. Tiba-tiba aku melihat ada
sebutir telur yang sangat besar. Ketika turun, dan mendekati telur itu, tiba-tiba dari arah langit,
terdengar suara yang menakutkan disertai suara kepakan saya yang mengerikan. Ternyata, seekor
burung naga yang amat besar.
Setelah sampai disarangnya, burung naga itu tertidur sambil mengerami telurnya. Sinbad menyelinap
dikaki burung itu, dan mengikat erat badannya di kaki burung naga dengan kainnya. "Kalau ia
bangun, pasti ia langsung terbang dan pergi ke tempat di mana manusia tinggal." Benar, esoknya
burung naga terbang mencari makanan. Ia terbang melewati pegunungan dan akhirnya tampak
sebuah daratan. Burung naga turun di sebuah tempat yang dalam di ujung jurang. Sinbad segera
melepas ikatan kainnya di kaki burung dan bersembunyi di balik batu. Sekarang Sinbad berada di
dasar jurang. Sinbad tertegun, melihat disekelilingnya banyak berlian.
Pada saat itu, "Bruk" ada sesuatu yang jatuh. Ternyata gundukan daging yang besar. Di gundukan
daging itu menempel banyak berlian yang bersinar-sinar. Untuk mengambil berlian, manusia sengaja
menjatuhkan daging ke jurang yang nantinya akan diambil oleh burung naga dengan berlian yang
sudah menempel didaging itu. Sinbad mempunyai ide. Ia segera mengikatkan dirinya ke gundukan
daging. Tak berapa lama burung naga datang dan mengambil gundukan daging, lalu terbang dari
dasar jurang. Tiba-tiba, "Klang! Klang! Terdengar suara gong dan suling yang bergema. Burung naga
yang terkejut menjatuhkan gundukan daging dan cepat-cepat terbang tinggi. Orang-orang yang
datang untuk mengambil berlian, terkejut ketika melihat Sinbad.
Sinbad menceritakan semua kejadian yang dialaminya. Kemudian orang-orang pengambil berlian
mengantarkan Sinbad ke pelabuhan untuk kembali ke negaranya. Sinbad menjual berlian yang
didapatnya dan membeli sebuah kapal yang besar dengan awak kapal yang banyak. Ia berangkat
berlayar sambil melakukan perdagangan. Suatu hari, kapal Sinbad dirampok oleh para perompak.
Kemudian Sinbad dijadikan budak yang akhirnya dijual kepada seorang pemburu gajah. "Apakah kau
bisa memanah?" Tanya pemburu gajah. Sang pemburu memberi Sinbad busur dan anak panah dan
diajaknya ke padang rumput luas. "Ini adalah jalan gajah. Naiklah ke atas pohon, tunggu mereka
datang lalu bunuh gajah itu". "Baik tuan," jawab Sinbad ketakutan.
Esok pagi, datang gerombolan gajah. Saat itu pemimpin gajah melihat Sinbad dan langsung menyerang
pohon yang dinaiki Sinbad. Sinbad jatuh tepat di depan gajah. Gajah itu kemudian menggulung Sinbad
dengan belalainya yang panjang. Sinbad mengira ia pasti akan dibunuh atau di banting ke tanah.
Ternyata, gajah itu membawa Sinbad dengan kelompok mereka ke sebuah gunung batu. Akhirnya
terlihat sebuah air terjun besar. Dengan membawa Sinbad, gajah itu masuk ke dalam air terjun
menuju ke sebuah gua. "Ku..kuburan gajah!" Sinbad terperanjat. Di gua yang luas bertumpuk tulang
dan gading gajah. Pemimpin gajah berkata,"kalau kau ingin gading ambillah seperlunya. Sebagai
gantinya, berhentilah membunuh kami." Sinbad berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Ia
pulang dengan memanggul gading gajah dan menyerahkan ke tuannya dengan syarat tuannya tidak
akan membunuh gajah lagi. Tuannya berjanji dan kemudian memberikan Sinbad uang.
"Sampai disini dulu ceritaku", ujar Sinbad yang sudah menjadi saudagar kaya. "Aku bisa menjadi orang
kaya, karena kerja keras dengan uang itu. Jangan putus asa, sampai kapanpun, apalagi jika kita masih
muda," lanjut sang saudagar.
Petualangan Guliver Dahulu kala di negara Inggris ada seorang dokter muda bernama Guliver. Ia senang berlayar ke negara
yang sangat jauh. Hingga pada suatu saat, ketika ia berlayar, datang angin topan yang sangat dahsyat.
Semua orang yang naik kapal tersebut terlempar ke laut. Guliver terus berenang di antara ombak
yang bergulung-gulung. Akhirnya ia terdampar di sebuah pantai. Ketika ia membuka matanya,
tubuhnya telah diikat dengan tali kecil dan banyak prajurit-prajurit kecil yang membawa tombak
mengelilinginya. "Jangan bergerak! Lihatlah keadaanmu!" "Hai laki-laki raksasa, siapakah kau
sebenarnya ?". "Namaku Guliver, kapal yang aku naiki tenggelam dan aku terdampar disini." "Baiklah,
kau akan kami bawa ke Istana." Kemudian prajurit-prajurit kecil mengangkat dan menaikkan Guliver
ke atas kendaraan raksasa yang ditarik kuda-kuda kecil.
Setelah tiba di Istana dan tali-tali yang mengikatnya dilepaskan, Guliver menceritakan kejadian yang
menimpa diri dan kapalnya kepada raja. "Baiklah, kau boleh tinggal disini asal kau berkelakuan baik
dan sopan", kata sang Raja. Setelah itu raja menyuruh pelayannya untuk menyiapkan hidangan untuk
Guliver. "Sebagai rasa hormat saya, saya ingin memberikan hadiah kepada Baginda," kata Guliver
sambil mengeluarkan sebuah pistol dan mencoba menembakkannya. Door!! Orang-orang di kota
tersebut terkejut dan berlarian mendengar suara pistol Guliver. "Hm.. meriam yang hebat,"kata Raja.
Keesokan harinya, Guliver berjalan berkeliling kota setelah diijinkan oleh Raja. Guliver merasa sedang
berjalan diantara gedung-gedung yang bagaikan mainan. Guliver semakin akrab dengan
penduduk-penduduk di lingkungan Istana. Guliver memberikan kenang-kenangan berupa sebuah jam
kepada mereka. Suatu hari, Raja datang dengan putrinya untuk berunding. Raja merasa bingung
karena raja negeri tetangga ingin menikah dengan putrinya. Tetapi putrinya tidak menginginkannya.
Namun, jika permintaan tersebut ditolak, raja negeri seberang mengancam akan datang menyerang.
"Baiklah, aku akan berusaha menolong, Tuanku." Guliver minta disediakan tali-tali yang diberi kail
pada ujungnya. Ketika ia pergi ke pelabuhan, kapal-kapal musuh sudah berjejer di tengah laut.
Guliver pergi ke arah kapal itu. Tiba-tiba ia diserang dengan panah-panah kecil yang tidak terasa
dibadan Guliver. Ia hanya menutup matanya dengan tangan agar panah-panah itu tidak mengenai
matanya. Guliver menarik kapal-kapal musuh ke pelabuhan. "Hidup Guliver!", "Hebat! Guliver sangat
kuat." Akhirnya raja negeri tetangga memohon maaf dan berjanji tidak akan berperang lagi dan akan
menjalin persahabatan.
Esok harinya, Guliver menemukan perahu yang sudah rusak dan hanyut terombang-ambing ombak.
"Kalau kondisi perahu ini baik, aku mungkin bisa bertemu dengan kapal laut yang akan pulang ke
Inggris. Penduduk negeri itu membantu Guliver memperbaiki perahu. Berkat usaha dan kerjasama
yang baik, dalam sekejap perahu itu sudah bagus kembali. "Terima kasih banyak atas bantuan kalian
semua." Tibalah hari kepulangan Guliver. Ia dibekali makanan dan juga sapi-sapi yang dinaikkan ke
perahu. "Baginda, saya telah merepotkan selama tinggal disini dalam waktu yang lama, maafkan saya
jika saya banyak kesalahan." "Hati-hatilah Guliver dan selamat jalan." Setelah diantar Raja dan
segenap penduduk negeri, perahu Guliver berangkat menuju lautan. "Beberapa hari kemudian, dari
arah depan perahu, Guliver melihat kapal laut besar. Ia segera melambaikan tangannya dan ia pun
ditolong oleh kapal itu. Kebetulan sekali, ternyata kapal itu akan pulang ke Inggris. "Syukurlah
akhirnya aku bisa pulang ke Inggris," ucap Guliver dalam hati. Orang-orang dikapal merasa kagum
dan aneh dengan cerita Guliver dan melihat sapi kecil yang dibawa olehnya.
Gonbe dan 100 Itik Di sebuah desa, tinggal seorang ayah dengan anak laki-lakinya yang bernama Gonbe. Mereka hidup
dari berburu itik. Setiap berburu, ayah Gonbe hanya menembak satu ekor itik saja. Melihat hal
tersebut Gonbe bertanya pada ayahnya," Kenapa kita hanya menembak satu ekor saja Yah?", "Karena
kalau kita membunuh semua itik, nanti itik tersebut akan habis dan tidak bisa berkembang biak,
selain itu kalau kita membunuh itik sembarangan kita bisa mendapat hukuman.
Beberapa bulan kemudian, ayah Gonbe jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Sejak saat itu,
Gonbe berburu itik sendirian dan menjualnya. Lama kelamaan, Gonbe bosan dengan pekerjaannya, ia
mendapatkan sebuah ide. Keesokan hariya, Gonbe datang ke danau yang sudah menjadi es. Ia
menebarkan makanan yang sangat banyak untuk itik-itik. Tak berapa lama, itik-itik mulai
berdatangan dan memakan makanan yang tersebar. Karena kekenyangan, mereka tertidur di atas.
Gonbe segera mengikat itik-itik menjadi satu. Ia mengikat 100 itik sekaligus. Ketika itik ke seratus
akan di ikatnya, tiba-tiba itik-itik tersebut terbangun dan segera terbang. Gonbe yang takut
kehilangan tangkapannya, segera memegang tali yang diikatkannya ke itik tersebut. Karena
banyaknya itik yang diikat, Gonbe terangkat dan terbawa ke atas. Gonbe terus terbang terbawa
melewati awan. Di awan tersebut Ayah dan anak halilintar sedang tidur dengan nyenyak. "Dugg!", kaki
Gonbe tersandung badan ayah halilintar. Ayah halilintar terbangun sambil marah-marah, ia segera
mengeluarkan halilintarnya yang kemudian menyambar tali-tali yang mengikat itik-itik itu.
Gonbe jatuh ke dalam laut! Ia jatuh tepat di atas kepala Naga laut yang berada di Kerajaannya. Naga
laut menjadi marah dan mulai memutar-mutar ekornya, lalu memukulkannya ke Gonbe. Gonbe
terbang lagi dari dalam laut. Akhirnya Gonbe jatuh ke tanah dengan kecepatan tinggi. Akhirnya Gonbe
jatuh ke atap jerami rumah seorang pembuat payung. "Kamu tidak apa-apa?", Tanya si pembuat
payung sambil menolong Gonbe. "Maaf atap anda jadi rusak. Berilah pekerjaan pada saya untuk
mengganti kerugian anda". "Kebetulan, aku memang sedang kekurangan tenaga pembantu", kata
pembuat payung.
Sejak itu Gonbe menjadi rajin membuat payung. Suatu hari, ketika sedang mengeringkan payung di
halaman, datang angin yang sangat kencang. Karena takut payungnya terbang, Gonbe segera
menangkap payung tersebut. Tetapi payung tersebut terus naik ke atas bersama Gonbe. Dengan
tangan gemetaran Gonbe terus memegang payung sambil terus terbang dengan payungnya hingga
melewati beberapa kota. Payung tersebut akhirnya robek karena tersangkut menara dan
pohon-pohon. Gonbe pun jatuh. Untungnya ia jatuh tepat di sebuah danau. Gonbe merasa lega. Tidak
berapa lama tiba-tiba kepala Gonbe di patuk oleh sekawanan hewan. "Lho ini kan itik-itik yang aku
ikat dengan tali. Ternyata benar ya, kita tidak boleh serakah menangkap sekaligus banyak." Akhirnya
Gonbe melepaskan tali-tali yang mengikat kaki-kaki itik tersebut dan membiarkan mereka terbang
dengan bebas.
Pesan Moral : Kita tidak boleh menjadi orang yang tamak dan serakah serta kikir. Cerita di atas
menggambarkan adanya hukuman bagi orang yang tamak serta melanggar ketentuan yang sudah ada.
Gadis Penjual Korek Api Di malam natal, orang-orang berjalan dengan wajah yang gembira memenuhi jalan di kota. Di jalan itu
ada seorang gadis kecil mengenakan pakaian compang-camping sedang menjual korek api. "Mau beli
korek api?" "Ibu, belilah korek api ini." "Aku tidak butuh korek api, sebab di rumah ada banyak."
Tidak ada seorang pun yang membeli korek api dari gadis itu. Tetapi, kalau ia pulang tanpa membawa uang hasil penjualan korek api, akan dipukuli oleh ayahnya.
Ketika akan menyeberangi 'alan. Grek! Grek! Tiba-tiba sebuah kereta kuda berlari dengan
kencangnya. "Hyaaa! Awaaaaas!" Gadis itu melompat karena terkejut. Pada saat itu sepatu yang
dipakainya terlepas dan terlempar entah ke mana. Sedangkan sepatu sebelahnya jatuh di seberang
jalan. Ketika gadis itu bermaksud pergi untuk memungutnya, seorang anak lakilaki memungut sepatu
itu lalu melarikan diri. "Wah, aku menemukan barang yang bagus." Akhirnya gadis itu bertelanjang kaki. Di sekitarnya, korek api jatuh berserakan. Sudah tidak bisa
dijual lagi. Kalau pulang ke rumah begini saja, ia tidak dapat membayangkan bagaimana hukuman
yang akan diterima dari ayahnya. Apa boleh buat, gadis itu membawa korek api yang tersisa, lalu
berjalan dengan sangat lelahnya. Terlihatlah sinar yang terang dari jendela sebuah rumah. Ketika gadis
itu pergi mendekatinya, terdengar suara tawa gembira dari dalam rumah. Di rumah, yang dihangatkan oleh api perapian, dan penghuninya terlihat sedang menikmati hidangan
natal yang lezat. Gadis itu meneteskan air mata. "Ketika ibu masih hidup, di rumahku juga merayakan
natal seperti ini." Dari jendela terlihat pohon natal berkelipkelip dan anak-anak yang gembira
menerima banyak hadiah. Akhirnya cahaya di sekitar jendela hilang, dan di sekelilingnya menjadi
sunyi. Salju yang dingin terus turun. Sambil menggigil kedinginan, gadis itu duduk tertimpa curahan salju.
Perut terasa lapar dan sudah tidak bisa bergerak. Gadis yang kedinginan itu,
menghembus-hembuskan nafasnya ke tangan. Tetapi, sedikit pun tak menghangatkannya. "Kalau aku
menyalakan korek api ini, mungkin akan sedikit terasa hangat." Kemudian gadis itu menyalakan
sebatang korek api dengan menggoreskannya di dinding. Crrrs Lalu dari dalam nyala api muncul sebuah penghangat. "Oh, hangatnya." Gadis itu mengangkat
tangannya ke arah tungku pemanas. Pada saat api itu padaamtungku pemanaspun menghilang. Gadis
itu menyalakan batang korek api yang kedua. Kali ini dari dalam nyala api muncul aneka macam
hidangan. Di depan matanya, berdiri sebuah meja yang penuh dengan makanan hangat. "Wow! Kelihatannya
enak." Kemudian seekor angsa panggang melayang menghampirinya. Tetapi, ketika ia berusaha
menjangkau, apinya padam dan hidangan itu menghilang. Gadis itu segera mengambil korek apinya,
lalu menyalakannya lagi. Crrrs! Tiba-tiba gadis itu sudah berada di bawah sebuah pohon natal yang besar. "Wow! Lebih indah daripada
pohon natal yang terlihat dari jendela tadi." Pada pohon natal itu terdapat banyak lilin yang bersinar.
"Wah! Indah sekali!" Gadis itu tanpa sadar menjulurkan tangannya lalu korek api bergoyang tertiup
angin. Tetapi, cahaya lilin itu naik ke langit dan semakin redup. Lalu berubah menjadi bintang yang
sangat banyak. Salah satu bintang itu dengan cepat menjadi bintang beralih. "Wah, malam ini ada seseorang yang
mati dan pergi ke tempat Tuhan,ya... Waktu Nenek masih hidup, aku diberitahu olehnya." Sambil
menatap ke arah langit, gadis itu teringat kepada Neneknya yang baik hati. Kemudian gadis itu
menyalakan sebatang lilin la i. Lalu di dalam cahaya api muncul wujud Nenek yang dirindukannya.
Sambil tersenyum, Nenek menjulurkan tangannya ke arah gadis itu. "Nenek!" Serasa mimpi gadis itu melo ' mpat ke dalam pelukan Nenek. "Oh, Nenek, sudah lama aku
ingin bertemu' " Gadis itu menceritakan peristiwa yang dialaminya, di dalam pelukan Nenek yang
disayanginya. "Kenapa Nenek pergi meninggalkanku seorang diri? Jangan pergi lagi. Bawalah aku pergi
ke tempat Nenek." Pada saat itu korek api yang dibakar anak itu padam. "Ah, kalau apinya mati,
Nenek pun akan pergi juga. Seperti tungku pemanas dan makanan tadi..." Gadis itu segera mengumpulkan korek api yang tersisa, lalu menggosokkan semuanya. Gulungan korek
api itu terbakar, dan menyinari sekitarnya seperti siang harl. Nenek memeluk gadis itu dengan erat.
Dengan diselimuti cahaya, nenek dan gadis itu pergi naik ke langit dengan perlahanlahan. "Nenek, kita
mau pergi ke mana?" "Ke tempat Tuhan berada." Keduanya semakin lama semakin tinggi ke arah langit. Nenek berkata dengan lembut kepada gadis
itu, "Kalau sampai di surga, Ibumu yang menunggu dan menyiapkan makanan yang enak untuk kita."
Gadis itu tertawa senang. Pagi harinya. Orang-orang yang lewat di jalan menemukan gadis penjual
korek api tertelungkup di dalam salju. "Gawat! Gadis kecil ini jatuh pingsan di tempat seperti ini."
"Cepat panggil dokter!" Orang-orang yang berkumpul di sekitarnya semuanya menyesalkan kematian gadis itu. Ibu yang
menolak membeli korek api pada malam kemarin menangis dengan keras dan berkata, "Kasihan kamu,
Nak. Kalau tidak ada tempat untuk pulang, sebaiknya kumasukkan ke dalam rumah." Orang-orang
kota mengadakan upacara pemakaman gadis itu di gereja, dan berdoa kepada Tuhan agar mereka
berbuat ramah meskipun pada orang miskin.
Cinderela Di sebuah kerajaan, ada seorang anak perempuan yang cantik dan baik hati. Ia tinggal bersama ibu
dan kedua kakak tirinya, karena orangtuanya sudah meninggal dunia. Di rumah tersebut ia selalu
disuruh mengerjakan seluruh perkerjaan rumah. Ia selalu dibentak dan hanya diberi makan satu kali
sehari oleh ibu tirinya. Kakak-kakaknya yang jahat memanggilnya "Cinderela". Cinderela artinya gadis
yang kotor dan penuh dengan debu. "Nama yang cocok buatmu !" kata mereka.
Setelah beberapa lama, pada suatu hari datang pengawal kerajaan yang menyebarkan surat undangan
pesta dari Istana. "Asyik… kita akan pergi dan berdandan secantik-cantiknya. Kalau aku jadi putri raja,
ibu pasti akan gembira", kata mereka. Hari yang dinanti tiba, kedua kakak tiri Cinderela mulai
berdandan dengan gembira. Cinderela sangat sedih sebab ia tidak diperbolehkan ikut oleh kedua
kakaknya ke pesta di Istana. "Baju pun kau tak punya, apa mau pergi ke pesta dengan baju sepert
itu?", kata kakak Cinderela.
Setelah semua berangkat ke pesta, Cinderela kembali ke kamarnya. Ia menangis sekeras-kerasnya
karena hatinya sangat kesal. "Aku tidak bisa pergi ke istana dengan baju kotor seperti ini, tapi aku
ingin pergi.." Tidak berapa lama terdengar sebuah suara. "Cinderela, berhentilah menangis." Ketika
Cinderela berbalik, ia melihat seorang peri. Peri tersenyum dengan ramah. "Cinderela bawalah empat
ekor tikus dan dua ekor kadal." Setelah semuanya dikumpulkan Cinderela, peri membawa tikus dan
kadal tersebut ke kebun labu di halaman belakang. "Sim salabim!" sambil menebar sihirnya, terjadilah
suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi
dua orang sais. Yang terakhir, Cinderela berubah menjadi Putri yang cantik, dengan memakai gaun
yang sangat indah.
Karena gembiranya, Cinderela mulai menari berputar-putar dengan sepatu kacanya seperti
kupu-kupu. Peri berkata,"Cinderela, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas
malam berhenti. Karena itu, pulanglah sebelum lewat tengah malam. "Ya Nek. Terimakasih," jawab
Cinderela. Kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderela menuju istana. Setelah tiba di
istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada
Cinderela. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderela. "Cantiknya putrid itu! Putri dari negara
mana ya ?" Tanya mereka. Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderela. "Putri yang cantik,
maukah Anda menari dengan saya ?" katanya. "Ya…," kata Cinderela sambil mengulurkan tangannya
sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderela
yang berada di situ tidak menyangka kalau putrid yang cantik itu adalah Cinderela.
Pangeran terus berdansa dengan Cinderela. "Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini,"
kata sang Pangeran. Karena bahagianya, Cinderela lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali.
"Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,". Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran
dan segera berlari ke luar Istana. Di tengah jalan, sepatunya terlepas sebelah, tapi Cinderela tidak
memperdulikannya, ia terus berlari. Pangeran mengejar Cinderela, tetapi ia kehilangan jejak Cinderela.
Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca kepunyaan Cinderela. Pangeran mengambil sepatu itu.
"Aku akan mencarimu," katanya bertekad dalam hati. Meskipun Cinderela kembali menjadi gadis yang
penuh debu, ia amat bahagia karena bisa pergi pesta. Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak gadisnya
di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada
yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderela. "Kami mencari gadis yang
kakinya cocok dengan sepatu kaca ini," kata para pengawal. Kedua kakak Cinderela mencoba sepatu
tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca
sampai lecet. Pada saat itu, pengawal melihat Cinderela. "Hai kamu, cobalah sepatu ini," katanya. Ibu
tiri Cinderela menjadi marah," tidak akan cocok dengan anak ini!". Kemudian Cinderela menjulurkan
kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. "Ah! Andalah Putri itu," seru pengawal gembira.
"Cinderela, selamat..," Cinderela menoleh ke belakang, peri sudah berdiri di belakangnya. "Mulai
sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran. Sim salabim!.," katanya.
Begitu peri membaca mantranya, Cinderela berubah menjadi seorang Putri yang memakai gaun
pengantin. "Pengaruh sihir ini tidak akan hilang walau jam berdentang dua belas kali", kata sang peri.
Cinderela diantar oleh tikus-tikus dan burung yang selama ini menjadi temannya. Sesampainya di
Istana, Pangeran menyambutnya sambil tersenyum bahagia. Akhirnya Cinderela menikah dengan
Pangeran dan hidup berbahagia.
Balas Budi Burung Bangau Dahulu kala di suatu tempat di Jepang, hidup seorang pemuda bernama Yosaku. Kerjanya mengambil
kayu bakar di gunung dan menjualnya ke kota. Uang hasil penjualan dibelikannya makanan. Terus
seperti itu setiap harinya. Hingga pada suatu hari ketika ia berjalan pulang dari kota ia melihat
sesuatu yang menggelepar di atas salju. Setelah di dekatinya ternyata seekor burung bangau yang
terjerat diperangkap sedang meronta-ronta. Yosaku segera melepaskan perangkat itu. Bangau itu
sangat gembira, ia berputar-putar di atas kepala Yosaku beberapa kali sebelum terbang ke angkasa.
Karena cuaca yang sangat dingin, sesampainya dirumah, Yosaku segera menyalakan tungku api dan
menyiapkan makan malam. Saat itu terdengar suara ketukan pintu di luar rumah.
Ketika pintu dibuka, tampak seorang gadis yang cantik sedang berdiri di depan pintu. Kepalanya
dipenuhi dengan salju. "Masuklah, nona pasti kedinginan, silahkan hangatkan badanmu dekat tungku,"
ujar Yosaku. "Nona mau pergi kemana sebenarnya ?", Tanya Yosaku. "Aku bermaksud mengunjungi
temanku, tetapi karena salju turun dengan lebat, aku jadi tersesat." "Bolehkah aku menginap disini
malam ini ?". "Boleh saja Nona, tapi aku ini orang miskin, tak punya kasur dan makanan." ,kata
Yosaku. "Tidak apa-apa, aku hanya ingin diperbolehkan menginap". Kemudian gadis itu merapikan
kamarnya dan memasak makanan yang enak.
Ketika terbangun keesokan harinya, gadis itu sudah menyiapkan nasi. Yosaku berpikir bahwa gadis itu
akan segera pergi, ia merasa kesepian. Salju masih turun dengan lebatnya. "Tinggallah disini sampai
salju reda." Setelah lima hari berlalu salju mereda. Gadis itu berkata kepada Yosaku, "Jadikan aku
sebagai istrimu, dan biarkan aku tinggal terus di rumah ini." Yosaku merasa bahagia menerima
permintaan itu. "Mulai hari ini panggillah aku Otsuru", ujar si gadis. Setelah menjadi Istri Yosaku,
Otsuru mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh. Suatu hari, Otsuru meminta
suaminya, Yosaku, membelikannya benang karena ia ingin menenun. Otsuru mulai menenun. Ia berpesan kepada suaminya agar jangan sekali-kali mengintip ke dalam
penyekat tempat Otsuru menenun. Setelah tiga hari berturut-turut menenun tanpa makan dan
minum, Otsuru keluar. Kain tenunannya sudah selesai. "Ini tenunan ayanishiki. Kalau dibawa ke kota
pasti akan terjual dengan harga mahal. Yosaku sangat senang karena kain tenunannya dibeli orang
dengan harga yang cukup mahal. Sebelum pulang ia membeli bermacam-macam barang untuk dibawa
pulang. "Berkat kamu, aku mendapatkan uang sebanyak ini, terima kasih istriku. Tetapi sebenarnya
para saudagar di kota menginginkan kain seperti itu lebih banyak lagi. "Baiklah akan aku buatkan",
ujar Otsuru. Kain itu selesai pada hari keempat setelah Otsuru menenun. Tetapi tampak Otsuru tidak
sehat, dan tubuhnya menjadi kurus. Otsuru meminta suaminya untuk tidak memintanya menenun
lagi.
Di kota, Sang Saudagar minta dibuatkan kain satu lagi untuk Kimono tuan Putri. Jika tidak ada maka
Yosaku akan dipenggal lehernya. Hal itu diceritakan Yosaku pada istrinya. "Baiklah akan ku buatkan
lagi, tetapi hanya satu helai ya", kata Otsuru. Karena cemas dengan kondisi istrinya yang makin lemah dan kurus setiap habis menenun, Yosaku
berkeinginan melihat ke dalam ruangan tenun. Tetapi ia sangat terkejut ketika yang dilihatnya di
dalam ruang menenun, ternyata seekor bangau sedang mencabuti bulunya untuk ditenun menjadi
kain. Sehingga badan bangau itu hampir gundul kehabisan bulu. Bangau itu akhirnya sadar dirinya
sedang diperhatikan oleh Yosaku, bangau itu pun berubah wujud kembali menjadi Otsuru. "Akhirnya
kau melihatnya juga", ujar Otsuru.
"Sebenarnya aku adalah seekor bangau yang dahulu pernah Kau tolong", untuk membalas budi aku
berubah wujud menjadi manusia dan melakukan hal ini," ujar Otsuru. "Berarti sudah saatnya aku
berpisah denganmu", lanjut Otsuru. "Maafkan aku, ku mohon jangan pergi," kata Yosaku. Otsuru
akhirnya berubah kembali menjadi seekor bangau. Kemudian ia segera mengepakkan sayapnya
terabng keluar dari rumah ke angkasa. Tinggallah Yosaku sendiri yang menyesali perbuatannya.
Alibaba dan 40 Penyamun Dahulu kala, dikota Persia, hidup 2 orang bersaudara yang bernama Kasim dan Alibaba. Alibaba adalah
adik Kasim yang hidupnya miskin dan tinggal didaerah pegunungan. Ia mengandalkan hidupnya dari
penjualan kayu bakar yang dikumpulkannya. Berbeda dengan abangnya, Kasim, seorang yang kaya
raya tetapi serakah dan tidak pernah mau memikirkan kehidupan adiknya.
Suatu hari, ketika Alibaba pulang dari mengumpulkan kayu bakar, ia melihat segerombol penyamun
yang berkuda. Alibaba segera bersembunyi karena takut jika ia terlihat, ia akan dibunuh. Dari tempat
persembunyiannya, Alibaba memperhatikan para penyamun yang sedang sibuk menurunkan harta
rampokannya dari kuda mereka. Kepala penyamun tiba-tiba berteriak, "Alakazam ! Buka…..". Pintu gua
yang ada di depan mereka terbuka perlahan-lahan. Setelah itu mereka segera memasukkan seluruh
harta rampokan mereka. "Alakazam ! tutup… " teriak kepala penyamun, pintu gua pun tertutup.
Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat sembunyinya. Ia
mendekati pintu gua tersebut dan meniru teriakan kepala penyamun tadi. "Alakazam! Buka….." pintu
gua yang terbuat dari batu itu terbuka. "Wah… Hebat!" teriak Alibaba sambil terpana sebentar karena
melihat harta yang bertumpuk-tumpuk seperti gunung. "Gunungan harta ini akan Aku ambil sedikit,
semoga aku tak miskin lagi, dan aku akan membantu tetanggaku yang kesusahan". Setelah
mengarungkan harta dan emas tersebut, Alibaba segera pulang setelah sebelumnya menutup pintu
gua. Istri Alibaba sangat terkejut melihat barang yang dibawa Alibaba. Alibaba kemudian bercerita
pada istrinya apa yang baru saja dialaminya. "Uang ini sangat banyak… bagaimana jika kita bagikan
kepada orang-orang yang kesusahan.." ujar istri Alibaba. Karena terlalu banyak, uang emas tersebut
tidak dapat dihitung Alibaba dan istrinya. Akhirnya mereka sepakat untuk meminjam kendi sebagai
timbangan uang emas kepada saudaranya, Kasim. Istri Alibaba segera pergi meminjam kendi kepada
istri Kasim. Istri Kasim, seorang yang pencuriga, sehingga ketika ia memberikan kendinya, ia
mengoleskan minyak yang sangat lengket di dasar kendi.
Keesokannnya, setelah kendi dikembalikan, ternyata di dasar kendi ada sesuatu yang berkilau. Istri
Kasim segera memanggil suaminya dan memberitahu suaminya bahwa di dasar kendi ada uang emas
yang melekat. Kasim segera pergi ke rumah Alibaba untuk menanyakan hal tersebut. Setelah
semuanya diceritakan Alibaba, Kasim segera kembali kerumahnya untuk mempersiapkan
kuda-kudanya. Ia pergi ke gua harta dengan membawa 20 ekor keledai. Setibanya di depan gua, ia
berteriak "Alakazam ! Buka…", pintu batu gua bergerak terbuka. Kasim segera masuk dan langsung
mengarungkan emas dan harta yang ada didalam gua sebanyak-banyaknya. Ketika ia hendak keluar,
Kasim lupa mantra untuk membuka pintu, ia berteriak apa saja dan mulai ketakutan. Tiba-tiba pintu
gua bergerak, Kasim merasa lega. Tapi ketika ia mau keluar, para penyamun sudah berada di luar,
mereka sama-sama terkejut. "Hei maling! Tangkap dia, bunuh!" teriak kepala penyamun. "Tolong… saya
jangan dibunuh", mohon Kasim. Para penyamun yang kejam tidak memberi ampun kepada Kasim. Ia
segera dibunuh.
Istri Kasim yang menunggu dirumah mulai kuatir karena sudah seharian Kasim tidak kunjung pulang.
Akhirnya ia meminta bantuan Alibaba untuk menyusul saudaranya tersebut. Alibaba segera pergi ke
gua harta. Disana ia sangat terkejut karena mendapati tubuh kakaknya sudah terpotong. Setibanya
dirumah, istri Kasim menangis sejadi-jadinya. Untuk membantu kakak iparnya itu Alibaba memberikan
sekantung uang emas kepadanya. Istri Kasim segera berhenti menangis dan tersenyum, ia sudah lupa
akan nasib suaminya yang malang. Alibaba membawa tubuh Kasim ke tukang sepatu untuk
menjahitnya kembali seperti semula. Setelah selesai, Alibaba memberikan upah beberapa uang emas.
Dilain tempat, di gua harta, para penyamun terkejut, karena mayat Kasim sudah tidak ada lagi. "Tak
salah lagi, pasti ada orang lain yang tahu tentang rahasia gua ini, ayo kita cari dan bunuh dia!" kata
sang kepala penyamun. Merekapun mulai berkeliling pelosok kota. Ketika bertemu dengan seorang
tukang sepatu, mereka bertanya,"Apakah akhir-akhir ini ada orang yang kaya mendadak ?". "Akulah
orang itu, karena setelah menjahit mayat yang terpotong, aku menjadi orang kaya". "Apa! Mayat! Siapa
yang memintamu melakukan itu?" Tanya mereka. "Tolong antarkan kami padanya!". Setelah menerima
uang dari penyamun, tukang sepatu mengantar mereka ke rumah Alibaba. Si penyamun segera
memberi tanda silang dipintu rumah Alibaba. "Aku akan melaporkan pada ketua, dan nanti malam
kami akan datang untuk membunuhnya," kata si penyamun. Tetangga Alibaba, Morijana yang baru
pulang berbelanja melihat dan mendengar percakapan para penyamun.
Malam harinya, Alibaba didatangi seorang penyamun yang menyamar menjadi seorang pedagang
minyak yang kemalaman dan memohon untuk menginap sehari dirumahnya. Alibaba yang baik hati
mempersilakan tamunya masuk dan memperlakukannya dengan baik. Ia tidak mengenali wajah si
kepala penyamun. Morijana, tetangga Alibaba yang sedang berada diluar rumah, melihat dan mengenali
wajah penyamun tersebut. Ia berpikir keras bagaimana cara untuk memberitahu Alibaba. Akhirnya ia
mempunyai ide, dengan menyamar sebagai seorang penari. Ia pergi kerumah Alibaba untuk menari.
Ketika Alibaba, istri dan tamunya sedang menonton tarian, Morijana dengan cepat melemparkan
pedang kecil yang sengaja diselipkannya dibajunya ke dada tamu Alibaba. Alibaba dan istrinya sangat terkejut, sebelum Alibaba bertanya, Morijana membuka samarannya dan
segera menceritakan semua yang telah dilihat dan didengarnya. "Morijana, engkau telah
menyelamatkan nyawa kami, terima kasih". Setelah semuanya berlalu, Alibaba membagikan uang
peninggalan para penyamun kepada orang-orang miskin dan yang sangat memerlukannya.
Aladin & Lampu Ajaib
Dahulu kala, di kota Persia, seorang Ibu tinggal dengan anak laki-lakinya yang bernama Aladin. Suatu
hari datanglah seorang laki-laki mendekati Aladin yang sedang bermain. Kemudian laki-laki itu
mengakui Aladin sebagai keponakannya. Laki-laki itu mengajak Aladin pergi ke luar kota dengan
seizin ibu Aladin untuk membantunya. Jalan yang ditempuh sangat jauh. Aladin mengeluh kecapaian
kepada pamannya tetapi ia malah dibentak dan disuruh untuk mencari kayu bakar, kalau tidak mau
Aladin akan dibunuhnya. Aladin akhirnya sadar bahwa laki-laki itu bukan pamannya melainkan
seorang penyihir. Laki-laki penyihir itu kemudian menyalakan api dengan kayu bakar dan mulai
mengucapkan mantera. "Kraak…" tiba-tiba tanah menjadi berlubang seperti gua.
Dalam lubang gua itu terdapat tangga sampai ke dasarnya. "Ayo turun! Ambilkan aku lampu antik di
dasar gua itu", seru si penyihir. "Tidak, aku takut turun ke sana", jawab Aladin. Penyihir itu kemudian
mengeluarkan sebuah cincin dan memberikannya kepada Aladin. "Ini adalah cincin ajaib, cincin ini
akan melindungimu", kata si penyihir. Akhirnya Aladin menuruni tangga itu dengan perasaan takut.
Setelah sampai di dasar ia menemukan pohon-pohon berbuah permata. Setelah buah permata dan
lampu yang ada di situ dibawanya, ia segera menaiki tangga kembali. Tetapi, pintu lubang sudah
tertutup sebagian. "Cepat berikan lampunya !", seru penyihir. "Tidak ! Lampu ini akan kuberikan
setelah aku keluar", jawab Aladin. Setelah berdebat, si penyihir menjadi tidak sabar dan akhirnya
"Brak!" pintu lubang ditutup oleh si penyihir lalu meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang
bawah tanah. Aladin menjadi sedih, dan duduk termenung. "Aku lapar, Aku ingin bertemu ibu, Tuhan,
tolonglah aku !", ucap Aladin.
Aladin merapatkan kedua tangannya dan mengusap jari-jarinya. Tiba-tiba, sekelilingnya menjadi
merah dan asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat
ketakutan. "Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah peri cincin kata raksasa itu.
"Oh, kalau begitu bawalah aku pulang kerumah." "Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera
pergi dari sini", ujar peri cincin. Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya. "Kalau
tuan memerlukan saya panggillah dengan menggosok cincin Tuan."
Aladin menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya. "Mengapa penyihir itu menginginkan
lampu kotor ini ya ?", kata Ibu sambil menggosok membersihkan lampu itu. "Syut !" Tiba-tiba asap
membumbung dan muncul seorang raksasa peri lampu. "Sebutkanlah perintah Nyonya", kata si peri
lampu. Aladin yang sudah pernah mengalami hal seperti ini memberi perintah,"kami lapar, tolong
siapkan makanan untuk kami". Dalam waktu singkat peri Lampu membawa makanan yang lezat-lezat
kemudian menyuguhkannya. "Jika ada yang diinginkan lagi, panggil saja saya dengan menggosok
lampu itu", kata si peri lampu.
Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin sekarang sudah
menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan rumahnya. Ia sangat terpesona
dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu menceritakan keinginannya kepada ibunya
untuk memperistri putri raja. "Tenang Aladin, Ibu akan mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja
dengan membawa permata-permata kepunyaan Aladin. "Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari
anak laki-lakiku." Raja amat senang. "Wah..., anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku
akan datang ke Istana kalian dengan membawa serta putriku".
Setelah tiba di rumah Ibu segera menggosok lampu dan meminta peri lampu untuk membawakan
sebuah istana. Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian peri lampu datang
dengan Istana megah di punggungnya. "Tuan, ini Istananya". Esok hari sang Raja dan putrinya datang
berkunjung ke Istana Aladin yang sangat megah. "Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu
?", Tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan pesta
pernikahan.
Nun jauh disana, si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi
ke tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di depan Istana Aladin. Ia
berteriak-teriak, "tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !". Sang permaisuri yang melihat
lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Segera si
penyihir menggosok lampu itu dan memerintahkan peri lampu memboyong istana beserta isinya dan
istri Aladin ke rumahnya.
Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut. Lalu memanggil peri cincin dan bertanya
kepadanya apa yang telah terjadi. "Kalau begitu tolong kembalikan lagi semuanya kepadaku", seru
Aladin. "Maaf Tuan, tenaga saya tidaklah sebesar peri lampu," ujar peri cincin. "Baik kalau begitu aku
yang akan mengambilnya. Tolong Antarkan kau kesana", seru Aladin. Sesampainya di Istana, Aladin
menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. "Penyihir itu sedang tidur karena
kebanyakan minum bir", ujar sang Putri. "Baik, jangan kuatir aku akan mengambil kembali lampu
ajaib itu, kita nanti akan menang", jawab Aladin. Aladin mengendap mendekati penyihir yang sedang tidur. Ternyata lampu ajaib menyembul dari
kantungnya. Aladin kemudian mengambilnya dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini", seru
Aladin kepada peri lampu. Penyihir terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi peri lampu langsung
membanting penyihir itu hingga tewas. "Terima kasih peri lampu, bawalah kami dan Istana ini kembali
ke Persia". Sesampainya di Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir dari peri lampu
untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan.
Timun Mas Mbok Sirni namanya, ia seorang janda yang menginginkan seorang anak agar dapat membantunya
bekerja.
Suatu hari ia didatangi oleh raksasa yang ingin memberi seorang anak dengan syarat apabila anak itu
berusia enam tahun harus diserahkan keraksasa itu untuk disantap. Mbok Sirnipun setuju. Raksasa memberinya biji mentimun agar ditanam dan dirawat setelah dua
minggu diantara buah ketimun yang ditanamnya ada satu yang paling besar dan berkilau seperti
emas.
Kemudian Mbok Sirni membelah buah itu dengan hati-hati. Ternyata isinya seorang bayi cantik yang
diberi nama timun emas.
Semakin hari timun emas tumbuh menjadi gadis jelita. Suatu hari datanglah raksasa untuk menagih
janji Mbok sirni amat takut kehilangan timun emas, dia mengulur janji agar raksasa datang 2 tahun
lagi, karena semakin dewasa,semakin enak untuk disantap, raksasa pun setuju.
Mbok Sirnipun semakin sayang pada timun emas, setiap kali ia teringat akan janinya hatinyapun
menjadi cemas dan sedih.
Suatu malam mbok sirni bermimpi, agar anaknya selamat ia harus menemui petapa di Gunung Gundul.
Paginya ia langsung pergi. Di Gunung Gundul ia bertemu seorang petapa yang memberinya 4 buah
bungkusan kecil, yaitu biji mentimun, jarum, garam,dan terasi sebagai penangkal. Sesampainya
dirumah diberikannya 4 bungkusan tadi kepada timun emas, dan disuruhnya timun emas berdoa.
Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. Timun emaspun disuruh keluar lewat pintu belakang
untuk Mbok sirni.
Raksasapun mengejarnya. Timun emaspun teringat akan bungkusannya, maka ditebarnya biji
mentimun.
Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun memakannya tapi
buah timun itu malah menambah tenaga raksasa. Lalu timun emas menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlan pohon-pohon banbu yang sangat
tinggi dan tajam.
Dengan kaki yang berdarah-darah raksasa terus mengejar. Timun emaspun membuka bingkisan garam
dan ditaburkannya.
Seketika hutanpun menjadi lautan luas. Dengan kesakitannya raksasa dapat melewati. Yang terakhit Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika terbentuklah lautan lumpur yang
mendidih, akhirnya raksasapun mati.
" Terimakasih Tuhan, Engkau telah melindungi hambamu ini " Timun Emas mengucap syukur.
Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sirni hidup bahagia dan damai.
Telaga Bidadari Dahulu kala, ada seorang pemuda yang tampan dan gagah. Ia bernama Awang Sukma. Awang Sukma
mengembara sampai ke tengah hutan belantara. Ia tertegun melihat aneka macam kehidupan di
dalam hutan. Ia membangun sebuah rumah pohon di sebuah dahan pohon yang sangat besar.
Kehidupan di hutan rukun dan damai. Setelah lama tinggal di hutan, Awang Sukma diangkat menjadi
penguasa daerah itu dan bergelar Datu. Sebulan sekali, Awang Sukma berkeliling daerah kekuasaannya
dan sampailah ia di sebuah telaga yang jernih dan bening. Telaga tersebut terletak di bawah pohon yg
rindang dengan buah-buahan yang banyak. Berbagai jenis burung dan serangga hidup dengan
riangnya. "Hmm, alangkah indahnya telaga ini. Ternyata hutan ini menyimpan keindahan yang luar
biasa," gumam Datu Awang Sukma.
Keesokan harinya, ketika Datu Awang Sukma sedang meniup serulingnya, ia mendengar suara riuh
rendah di telaga. Di sela-sela tumpukan batu yang bercelah, Datu Awang Sukma mengintip ke arah
telaga. Betapa terkejutnya Awang Sukma ketika melihat ada 7 orang gadis cantik sedang bermain air.
"Mungkinkah mereka itu para bidadari?" pikir Awang Sukma. Tujuh gadis cantik itu tidak sadar jika
mereka sedang diperhatikan dan tidak menghiraukan selendang mereka yang digunakan untuk
terbang, bertebaran di sekitar telaga. Salah satu selendang tersebut terletak di dekat Awang Sukma.
"Wah, ini kesempatan yang baik untuk mendapatkan selendang di pohon itu," gumam Datu Awang
Sukma.
Mendengar suara dedaunan, para putri terkejut dan segera mengambil selendang masing-masing.
Ketika ketujuh putri tersebut ingin terbang, ternyata ada salah seorang putri yang tidak menemukan
pakaiannya. Ia telah ditinggal oleh keenam kakaknya. Saat itu, Datu Awang Sukma segera keluar dari
persembunyiannya. "Jangan takut tuan putri, hamba akan menolong asalkan tuan putri sudi tinggal
bersama hamba," bujuk Datu Awang Sukma. Putri Bungsu masih ragu menerima uluran tangan Datu
Awang Sukma. Namun karena tidak ada orang lain maka tidak ada jalan lain untuk Putri Bungsu
kecuali menerima pertolongan Awang Sukma.
Datu Awang Sukma sangat mengagumi kecantikan Putri Bungsu. Demikian juga dengan Putri Bungsu.
Ia merasa bahagia berada di dekat seorang yang tampan dan gagah perkasa. Akhirnya mereka
memutuskan untuk menjadi suami istri. Setahun kemudian lahirlah seorang bayi perempuan yang
cantik dan diberi nama Kumalasari. Kehidupan keluarga Datu Awang Sukma sangat bahagia.
Namun, pada suatu hari seekor ayam hitam naik ke atas lumbung dan mengais padi di atas
permukaan lumbung. Putri Bungsu berusaha mengusir ayam tersebut. Tiba-tiba matanya tertuju pada
sebuah bumbung bambu yang tergeletak di bekas kaisan ayam. "Apa kira-kira isinya ya?" pikir Putri
Bungsu. Ketika bumbung dibuka, Putri Bungsu terkejut dan berteriak gembira. "Ini selendangku!, seru
Putri Bungsu. Selendang itu pun didekapnya erat-erat. Perasaan kesal dan jengkel tertuju pada
suaminya. Tetapi ia pun sangat sayang pada suaminya.
Akhirnya Putri Bungsu membulatkan tekadnya untuk kembali ke kahyangan. "Kini saatnya aku harus
kembali!," katanya dalam hati. Putri Bungsu segera mengenakan selendangnya sambil menggendong
bayinya. Datu Awang Sukma terpana melihat kejadian itu. Ia langsung mendekat dan minta maaf atas
tindakan yang tidak terpuji yaitu menyembunyikan selendang Putri Bungsu. Datu Awang Sukma
menyadari bahwa perpisahan tidak bisa dielakkan. "Kanda, dinda mohon peliharalah Kumalasari
dengan baik," kata Putri Bungsu kepada Datu Awang Sukma." Pandangan Datu Awang Sukma
menerawang kosong ke angkasa. "Jika anak kita merindukan dinda, ambillah tujuh biji kemiri, dan
masukkan ke dalam bakul yang digoncang-goncangkan dan iringilah dengan lantunan seruling. Pasti
dinda akan segera datang menemuinya," ujar Putri Bungsu.
Putri Bungsu segera mengenakan selendangnya dan seketika terbang ke kahyangan. Datu Awang
Sukma menap sedih dan bersumpah untuk melarang anak keturunannya memelihara ayam hitam
yang dia anggap membawa malapetaka.
Pesan moral : Jika kita menginginkan sesuatu sebaiknya dengan cara yang baik dan halal. Kita tidak
boleh mencuri atau mengambil barang/harta milik orang lain karena suatu saat kita akan
mendapatkan hukuman.
Malin Kundang Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga
tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena
kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri
seberang dengan mengarungi lautan yang luas.
Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan
bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya.
Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak
yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari
ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka
tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari
nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan
harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya.
Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah
menjadi seorang yang kaya raya.
Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan
maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya
menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya,
Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. "Anakku, jika engkau sudah berhasil dan
menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak",
ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.
Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin
Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak
buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin
Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal
dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut
dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak
laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang
tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar
di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat
dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut
setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah
desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan
berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang
jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang
gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin
Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat
itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke
kampung halamannya. Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan
indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari
menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua
orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah
anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat
belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin
Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?",
katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera
melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan
saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak
mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju
compang-camping.
"Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura
mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar
pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak
menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin
menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia
menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat
datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku
dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.
Pesan Moral : Sebagai seorang anak, jangan pernah melupakan semua jasa orangtua terutama kepada
seorang Ibu yang telah mengandung dan membesarkan anaknya, apalagi jika sampai menjadi seorang
anak yang durhaka. Durhaka kepada orangtua merupakan satu dosa besar yang nantinya akan
ditanggung sendiri oleh anak.
Lutung Kasarung Prabu Tapa Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. "Aku sudah terlalu tua,
saatnya aku turun tahta," kata Prabu Tapa.
Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan
Ayah mereka. "Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya," gerutu
Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya.
Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia
menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari
sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya
alasan untuk mengusir adiknya tersebut. "Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi
seorang Ratu !" ujar Purbararang.
Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan
patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun
menasehati Purbasari, "Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti
akan selalu bersama Putri". "Terima kasih paman", ujar Purbasari.
Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya.
Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang
paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan
mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.
Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi
lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung
bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah
telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum.
Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga
tersebut. "Apa manfaatnya bagiku ?", pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia
menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia
menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut.
Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya
dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling
berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak
mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. "Siapa yang paling panjang
rambutnya dialah yang menang !", kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena
terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.
"Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku", kata
Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia
melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan
menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, "Jadi monyet itu tunanganmu ?".
Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung
Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya.
Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui
kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk
tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka
semua kembali ke Istana. Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata
selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.
Loro Jonggrang Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan. Rakyatnya hidup
tenteran dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah
oleh negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan Prambanan menjadi terusik. Para tentara tidak mampu
menghadapi serangan pasukan Pengging. Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging, dan
dipimpin oleh Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kejam. "Siapapun yang tidak menuruti
perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!", ujar Bandung Bondowoso pada rakyatnya. Bandung
Bondowoso adalah seorang yang sakti dan mempunyai pasukan jin. Tidak berapa lama berkuasa,
Bandung Bondowoso suka mengamati gerak-gerik Loro Jonggrang, putri Raja Prambanan yang cantik
jelita. "Cantik nian putri itu. Aku ingin dia menjadi permaisuriku," pikir Bandung Bondowoso.
Esok harinya, Bondowoso mendekati Loro Jonggrang. "Kamu cantik sekali, maukah kau menjadi
permaisuriku ?", Tanya Bandung Bondowoso kepada Loro Jonggrang. Loro Jonggrang tersentak,
mendengar pertanyaan Bondowoso. "Laki-laki ini lancang sekali, belum kenal denganku langsung
menginginkanku menjadi permaisurinya", ujar Loro Jongrang dalam hati. "Apa yang harus aku lakukan
?". Loro Jonggrang menjadi kebingungan. Pikirannya berputar-putar. Jika ia menolak, maka Bandung
Bondowoso akan marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat Prambanan. Untuk
mengiyakannya pun tidak mungkin, karena Loro Jonggrang memang tidak suka dengan Bandung
Bondowoso. "Bagaimana, Loro Jonggrang ?" desak Bondowoso. Akhirnya Loro Jonggrang mendapatkan ide. "Saya
bersedia menjadi istri Tuan, tetapi ada syaratnya," Katanya. "Apa syaratnya? Ingin harta yang
berlimpah? Atau Istana yang megah?". "Bukan itu, tuanku, kata Loro Jonggrang. Saya minta dibuatkan
candi, jumlahnya harus seribu buah. "Seribu buah?" teriak Bondowoso. "Ya, dan candi itu harus selesai
dalam waktu semalam." Bandung Bondowoso menatap Loro Jonggrang, bibirnya bergetar menahan
amarah. Sejak saat itu Bandung Bondowoso berpikir bagaimana caranya membuat 1000 candi. Akhirnya
ia bertanya kepada penasehatnya. "Saya percaya tuanku bias membuat candi tersebut dengan
bantuan Jin!", kata penasehat. "Ya, benar juga usulmu, siapkan peralatan yang kubutuhkan!"
Setelah perlengkapan di siapkan. Bandung Bondowoso berdiri di depan altar batu. Kedua lengannya
dibentangkan lebar-lebar. "Pasukan jin, Bantulah aku!" teriaknya dengan suara menggelegar. Tak lama
kemudian, langit menjadi gelap. Angin menderu-deru. Sesaat kemudian, pasukan jin sudah
mengerumuni Bandung Bondowoso. "Apa yang harus kami lakukan Tuan ?", tanya pemimpin jin.
"Bantu aku membangun seribu candi," pinta Bandung Bondowoso. Para jin segera bergerak ke sana
kemari, melaksanakan tugas masing-masing. Dalam waktu singkat bangunan candi sudah tersusun
hampir mencapai seribu buah.
Sementara itu, diam-diam Loro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Ia cemas, mengetahui Bondowoso
dibantu oleh pasukan jin. "Wah, bagaimana ini?", ujar Loro Jonggrang dalam hati. Ia mencari akal. Para
dayang kerajaan disuruhnya berkumpul dan ditugaskan mengumpulkan jerami. "Cepat bakar semua
jerami itu!" perintah Loro Jonggrang. Sebagian dayang lainnya disuruhnya menumbuk lesung. Dung...
dung...dung! Semburat warna merah memancar ke langit dengan diiringi suara hiruk pikuk, sehingga
mirip seperti fajar yang menyingsing.
Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing. "Wah, matahari akan terbit!" seru jin. "Kita harus segera
pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari," sambung jin yang lain. Para jin tersebut
berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Bandung Bondowoso sempat heran melihat kepanikan
pasukan jin.
Paginya, Bandung Bondowoso mengajak Loro Jonggrang ke tempat candi. "Candi yang kau minta sudah
berdiri!". Loro Jonggrang segera menghitung jumlah candi itu. Ternyata jumlahnya hanya 999 buah!.
"Jumlahnya kurang satu!" seru Loro Jonggrang. "Berarti tuan telah gagal memenuhi syarat yang saya
ajukan". Bandung Bondowoso terkejut mengetahui kekurangan itu. Ia menjadi sangat murka. "Tidak
mungkin...", kata Bondowoso sambil menatap tajam pada Loro Jonggrang. "Kalau begitu kau saja yang
melengkapinya!" katanya sambil mengarahkan jarinya pada Loro Jonggrang. Ajaib! Loro Jonggrang
langsung berubah menjadi patung batu. Sampai saat ini candi-candi tersebut masih ada dan terletak
di wilayah Prambanan, Jawa Tengah dan disebut Candi Loro Jonggrang.
Keong Mas Raja Kertamarta adalah raja dari Kerajaan Daha. Raja mempunyai 2 orang putri, namanya Dewi Galuh
dan Candra Kirana yang cantik dan baik. Candra kirana sudah ditunangkan oleh putra mahkota
Kerajaan Kahuripan yaitu Raden Inu Kertapati yang baik dan bijaksana.
Tapi saudara kandung Candra Kirana yaitu Galuh Ajeng sangat iri pada Candra kirana, karena Galuh
Ajeng menaruh hati pada Raden Inu kemudian Galuh Ajeng menemui nenek sihir untuk mengutuk
candra kirana. Dia juga memfitnahnya sehingga candra kirana diusir dari Istana ketika candra kirana
berjalan menyusuri pantai, nenek sihirpun muncul dan menyihirnya menjadi keong emas dan
membuangnya kelaut. Tapi sihirnya akan hilang bila keong emas berjumpa dengan tunangannya.
Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala, dan keong emas terangkut. Keong Emas
dibawanya pulang dan ditaruh di tempayan. Besoknya nenek itu mencari ikan lagi dilaut tetapi tak
seekorpun didapat. Tapi ketika ia sampai digubuknya ia kaget karena sudah tersedia masakan yang
enak-enak. Sinenek bertanya-tanya siapa yang memgirim masakan ini.
Begitu pula hari-hari berikutnya sinenek menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek
pura-pura kelaut ia mengintip apa yang terjadi, ternyata keong emas berubah menjadi gadis cantik
langsung memasak, kemudian nenek menegurnya " siapa gerangan kamu putri yang cantik ? " Aku
adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh saudaraku karena ia iri kepadaku "
kata keong emas, kemudian candra kirana berubah kembali menjadi keong emas. Nenek itu tertegun
melihatnya.
Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu candra kirana menghilang. Iapun
mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihirpun akhirnya tahu dan
mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati Kaget
sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung
gagak itu sakti dan menurutinya padahal raden Inu diberikan arah yang salah. Diperjalanan Raden Inu
bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek
adalah orang sakti yang baik Ia menolong Raden Inu dari burung gagak itu.
Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan burung itu menjadi asap. Akhirnya Raden
Inu diberitahu dimana Candra Kirana berada, disuruhnya raden itu pergi kedesa dadapan. Setelah
berjalan berhari-hari sampailah ia kedesa Dadapan Ia menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya
untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Tapi ternyata ia sangat terkejut,
karena dari balik jendela ia melihatnya tunangannya sedang memasak. Akhirnya sihirnya pun hilang
karena perjumpaan dengan Raden Inu. Tetapi pada saat itu muncul nenek pemilik gubuk itu dan
putri Candra Kirana memperkenalkan Raden Inu pada nenek. Akhirnya Raden Inu memboyong
tunangannya keistana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Galuh Ajeng pada Baginda
Kertamarta.
Baginda minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Galuh Ajeng mendapat hukuman yang
setimpal. Karena takut Galuh Ajeng melarikan diri kehutan, kemudian ia terperosok dan jatuh
kedalam jurang. Akhirnya pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapatipun berlangsung. Mereka
memboyong nenek dadapan yang baik hati itu keistana dan mereka hidup bahagia.
Cindelaras Raden Putra adalah raja Kerajaan Jenggala. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati dan
seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan dengki terhadap
sang permaisuri. Ia merencanakan suatu yang buruk kepada permaisuri. "Seharusnya, akulah yang
menjadi permaisuri. Aku harus mencari akal untuk menyingkirkan permaisuri," pikirnya.
Selir baginda, berkomplot dengan seorang tabib istana. Ia berpura-pura sakit parah. Tabib istana
segera dipanggil. Sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam
minuman tuan putri. "Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri," kata sang tabib. Baginda
menjadi murka mendengar penjelasan tabib istana. Ia segera memerintahkan patihnya untuk
membuang permaisuri ke hutan.
Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara. Tapi, patih
yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir
baginda. "Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri
sudah hamba bunuh," kata patih. Untuk mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan
darah kelinci yang ditangkapnya. Raja menganggung puas ketika sang patih melapor kalau ia sudah
membunuh permaisuri.
Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya nama
Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil ia sudah
berteman dengan binatang penghuni hutan. Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali
menjatuhkan sebutir telur. "Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku."
Setelah 3 minggu, telur itu menetas. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Anak ayam
itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok
ayam jantan itu sungguh menakjubkan! "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba,
atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra..."
Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya dan segera memperlihatkan pada ibunya. Lalu,
ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di hutan. Mendengar cerita
ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan kejahatan selir baginda. Setelah di
ijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan
ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para
penyabung ayam. "Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku," tantangnya. "Baiklah,"
jawab Cindelaras. Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam
waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak
terkalahkan. Ayamnya benar-benar tangguh.
Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra pun mendengar berita
itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras. "Hamba
menghadap paduka," kata Cindelaras dengan santun. "Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia
bukan keturunan rakyat jelata," pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra
dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika
ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.
Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras
berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan
ayamnya. "Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya,
anak muda?" Tanya Baginda Raden Putra. Cindelaras segera membungkuk seperti membisikkan
sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama ayamnya segera berbunyi. "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras,
rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra...," ayam jantan itu berkokok
berulang-ulang. Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras. "Benarkah itu?" Tanya
baginda keheranan. "Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda."
Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang
sebenarnya telah terjadi pada permaisuri. "Aku telah melakukan kesalahan," kata Baginda Raden
Putra. "Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku," lanjut Baginda dengan murka.
Kemudian, selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera memeluk anaknya dan
meminta maaf atas kesalahannya Setelah itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput
permaisuri ke hutan.. Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali.
Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah
negerinya dengan adil dan bijaksana.
Pesan moral : Kebaikan akan berbuah kebaikan sedang kejahatan akan mendatangkan penderitaan.
Aji Saka Dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Medang Kamulan yang diperintah oleh raja bernama
Prabu Dewata Cengkar yang buas dan suka makan manusia. Setiap hari sang raja memakan seorang
manusia yang dibawa oleh Patih Jugul Muda. Sebagian kecil dari rakyat yang resah dan ketakutan
mengungsi secara diam-diam ke daerah lain.
Di dusun Medang Kawit ada seorang pemuda bernama Aji Saka yang sakti, rajin dan baik hati. Suatu
hari, Aji Saka berhasil menolong seorang bapak tua yang sedang dipukuli oleh dua orang penyamun.
Bapak tua yang akhirnya diangkat ayah oleh Aji Saka itu ternyata pengungsi dari Medang Kamulan.
Mendengar cerita tentang kebuasan Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka berniat menolong rakyat Medang
Kamulan. Dengan mengenakan serban di kepala Aji Saka berangkat ke Medang Kamulan.
Perjalanan menuju Medang Kamulan tidaklah mulus, Aji Saka sempat bertempur selama tujuh hari
tujuh malam dengan setan penunggu hutan, karena Aji Saka menolak dijadikan budak oleh setan
penunggu selama sepuluh tahun sebelum diperbolehkan melewati hutan itu.
Tapi berkat kesaktiannya, Aji Saka berhasil mengelak dari semburan api si setan. Sesaat setelah Aji
Saka berdoa, seberkas sinar kuning menyorot dari langit menghantam setan penghuni hutan sekaligus
melenyapkannya.
Aji Saka tiba di Medang Kamulan yang sepi. Di istana, Prabu Dewata Cengkar sedang murka karena
Patih Jugul Muda tidak membawa korban untuk sang Prabu.
Dengan berani, Aji Saka menghadap Prabu Dewata Cengkar dan menyerahkan diri untuk disantap oleh
sang Prabu dengan imbalan tanah seluas serban yang digunakannya. Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai permintaan Aji Saka, serban terus memanjang sehingga
luasnya melebihi luas kerajaan Prabu Dewata Cengkar. Prabu marah setelah mengetahui niat Aji Saka
sesungguhnya adalah untuk mengakhiri kelalimannya.
Ketika Prabu Dewata Cengkar sedang marah, serban Aji Saka melilit kuat di tubuh sang Prabu. Tubuh
Prabu Dewata Cengkar dilempar Aji Saka dan jatuh ke laut selatan kemudian hilang ditelan ombak.
Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan. Ia memboyong ayahnya ke istana. Berkat
pemerintahan yang adil dan bijaksana, Aji Saka menghantarkan Kerajaan Medang Kamulan ke jaman
keemasan, jaman dimana rakyat hidup tenang, damai, makmur dan sejahtera.
Musical Information
Mou tau gak propil-propil band yang beken2. Law mou Q puna loch tapi gak terlalu banyak ce tapoi lumayan juga loo...
Contoh na:
1.FIVE MINUTES
Five Minutes adalah sebuah band pop rock yang berasal dari Kota Kembang Bandung berdiri tahun 1994. Kini, Five Minutes digawangi oleh Ricky Tjahyadi (keyboard), Richie Setiawan (vokal), Drie Warnanta (bass), Roelhilman (gitar), dan Aria Yudhistira (drum).
== Formasi awal ==?? Drie dan Ricky bertemu di awal tahun 1990-an dan sempat membentuk band yang tampil di sejumlah kafe. Namun band ini hanya bertahan selama 2 tahun. Mereka kemudian membentuk Five Minutes bersama Sonny (gitaris) dan Sanny (vokalis) di tahun 1994 untuk mengikuti Fetival Band Se-Jabar DKI di Bandung. Dalam ajang tersebut mereka berhasil menjadi juara 1 dari 102 peserta. Tak lama, mereka pun masuk dapur rekaman. Album perdana mereka bertajuk Five Minutes (1996), yang diikuti oleh Five Minutes 2 (1997), Ouw! (2002), Seka...
FM
2. NETRAL
Musik adalah Suatu bahasa yang universal yang dapat dimengerti oleh semua orang, dimana musik menyuarakan isi hati sang pemusik yang memang ingin mengeluarkan dan membagikan apa yang mereka rasakan kepada semua orang.
Sejak terbentuk, Netral hanya terdiri dari tiga personil, yaitu :
1. BAGUS DHANAR DHANA
Lahir pada tanggal 17 Januari 1971. Dalam band ...
read more.....
NetRaL
3. DRIVE
Pada Tahun 2003 akhir, Eko...
read more.....
Driv3
4.THE CHANGCUTERES
The Changcuters Are :
- Tria Changcut (Lead Vocal, Harmonica And Tamborine)
- Qibil Changcut (Lead Guitar, Keyboard, Vocals )
- Dipa Changcut (Bass And Strange Voices)
- Alda Changcut (Guitars)
- Erick Changcut (Drum and Percussions)
read more......
5. J-Rok's
Nama : Iman Taufik Rachman
Tanggal Lahir : 19 Juli 1981
Posisi : Vocalist and guitarist
Prestasi individu :
* Add guitarist tetap funky kopral.
* Guitarist SOG.
* Guitarist 1001.
* Add guitarist at album “Misteri Cinta (Setiawan Jodi)”.
* Guitarist terbaik at Expo Education.
* Juara I Nescafe Get Started Band Competition (2004).
.........
ReaD moRe....
J-rok's
6. SLaNK
AWAL KARIR
Cikal bakal lahirnya Slank adalah sebuah grup bernama Cikini Stones Complex (CSC) bentukan Bimo Setiawan Sidharta (Bimbim) pada awal tahun 80-an. Band ini hanya memainkan lagu-lagu Rolling Stones dan tak mau memainkan lagu dari band lain, alhasil mereka akhirnya jenuh dan menjelang akhir tahun 1983 grup ini dibubarkan.
........
ReaD moRe....
7. TqiLa
Tidak hanya itu, band asal Jakarta ini juga dipercaya menjadi Home Band sebuah acara kuis disalah satu TV Swasta Nasional dengan rating yang lumayan bagus. Dan kini, berbekal pengalaman panggung yang tidak sedikit, TQLA mencoba peruntungannya di dunia rekaman. Dengan menawarkan musik pop yang easy listening, album bertajuk "Jangan Bilang Bilang" pun di rilis dibawah naungan Pelangi Record.
ReaD MoRe....
oNe p!ecE
NaruTo
law mang kamo demen ma vido coorton, ne da almt bbrp WebSite cartoon, klik aja yeee .............
1. Naruto
2. kuza cartoon
3. cartoon network
pictuRes
tu poto cakepkan law kalo mo dapetn poto tuu gampang kok caranyy?
cari aja d google trus pada kolom kiri atas pilih gambar lalo ketikin aje nama artiiis, nma cewek, bsa juga u/ crei picture cartoon yang kamo ingikan enakannn.
l0 engak klik aje simbul google cari gambar d bawah neee.
met mencobaaaa.................yee.
artis indonesia
e..., mu th engak tenttng kegiatn arts indoneia, q puna l0..
u bsa ngliat ,ya gk banyk cee tp ye lomayan lah bwat pengethuan km ttg kegiatn yg d lakoin mereka. 0[3yy.
Km bsa thuu kegiatn mrka d hrii yg d jalane mreka.....
s3l3ngkpna kunjon9i aja alamt website dbawah ne...
slmt m3ncobaaa.......
1. http://dewiperssik.kapanlagi.com/
2. http://nikitawilly.kapanlagi.com/
3. http://wulanguritno.kapanlagi.com/
4. http://lunamaya.kapanlagi.com/
5. http://nafaurbach.kapanlagi.com/
6. http://dudeherlino.kapanlagi.com/
7. http://joerichard.kapanlagi.com/
8. http://ennolerian.kapanlagi.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar